Manusia merupakan makhluk
yang diberikan berbagai kelebihan oleh Allah SWT di dunia ini, selain fisik
yang sempurna, namun juga akal dan pikiran. Proses penciptaan manusia di duniia
ini terdapat beberapa tahapan. Berikut pengkajian penciptaan manusia
berdasarkan ilmu biologi dan islam.
Proses awal penciptaan manusia berlangsung
dengan adanya pembuahan. Jutaan sperma terpancar dari laki-laki pada satu
waktu dan menuju sel telur wanita yang jumlahnya hanya satu dari setiap
siklusnya. Sperma melakukan perjalanan yang sulit di tubuh wanita sampai menuju
sel telur wanita. Sel telur wanita hanya akan membolehkan masuk satu sperma
saja. Setelah masuk dan terjadi fertilisasi pun belum tentu zigot (dalam biologi
namanya konseptus) menempel di tempat yang tepat pada rahim.
Jika dicermati pada uraian di atas, maka bahan manusia
bukan air mani seluruhnya, melainkan hanya sebagian kecil darinya (spermazoa).
Hal ini ditegaskan dalam al-Qur’an surat al-Qiyamah ayat 36-37.
Artinya: “Apakah manusia mengira bahwa ia akan
dibiarkan begitu saja (tanpa pertanggungjawaban)? Bukankah dia dahulu setetes
mani yang ditumpahkan (ke dalam rahim)” (QS. al-Qiyamah: 36-37).
Ketika sperma pria bergabung dengan sel telur wanita, maka inti sari bayi yang
akan lahir itu terbentuk. sel tunggal yang dikenal sebagai “zigot” dalam ilmu
biologi ini akan segera berkembang biak dengan membelah diri hingga akhirnya
menjadi “segumpal daging”.
Namun, zigot tersebut tidak
melewatkan tahap pertumbuhannya begitu saja. Ia melekat pada dinding rahim
seperti akar yang kokoh menancap di bumi dengan serabutnya. Melalui hubungan
ini, zigot mampu mendapatkan zat-zat penting dari sang ibu bagi pertumbuhannya.
Pada tahap ini, satu keajaiban penting dari al-Qur’an terungkap. Ketika merujuk
pada zigot yang sedang tumbuh dalam rahim ibu, Allah SWT menggunakan kata “’alaq”
dalam al-Qur’an:
Artinya: “Bacalah dengan menyebut
nama Tuhan-mu yang menciptakan. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal
darah. Bacalah, dan Tuhan-mulah Yang Maha Pemurah” (QS. al-‘Alaq: 1-3).
Arti kata “’alaq” dalam
bahasa Arab adalah “sesuatu yang menempel pada suatu tempat”. Tentunya,
penggunaan kata yang demikian tepat untuk zigot yang sedang tumbuh dalam rahim
ibu, membuktikan bahwa al-Qur’an merupakan wahyu dari Allah SWT; Tuhan Semesta
Alam.
al-Qur’an surat al-Zumar ayat 6
menyebutkan bahwa, proses reproduksi manusia melalui tiga fase atau tahapan.
Artinya: “…Dia menjadikan kamu
dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam tiga kegelapan...” (QS.
Al-Zumar: 6).
Ayat di atas menunjukan bahwa,
seorang manusia diciptakan dalam tubuh ibunya melalui tiga tahapan yang
berbeda. Benar sekali, ilmu biologi modern telah mengungkapkan bahwa,
pembentukan embrio pada terjadi pada tiga daerah yang berbeda dalam rahim ibu.
Fakta tersebut menyebutkan bahwa,
kehidupan dalam rahim memiliki tiga tahapan, yaitu: pertama,
pre-embrionik selama dua setengah minggu pertama. Kedua, embrionik
hingga akhir minggu kedelapan. Ketiga, fetus atau janin dari minggu
kedelapan sampai kelahiran. Adapu fase-fase tersebut dapat diuraikan sebagai
beikut:
a. Fase Pre-embrionik
Pada fase pertama, zigot tumbuh
membesar melalui pembuahan sel, dan terbentuklah segumpalan sel yang kemudian
membenamkan diri pada dinding rahim. Seiring pertumbuhan zigot yang semakin
besar, sel-sel penyusunnya pun mengatur diri sendiri guna membentuk tiga
lapisan.
b. Fase Embrionik
Fase kedua ini berlangsung selama
lima setengah minggu. Pada masa ini, bayi disebut sebagai ”embrio”. Pada
fase ini organ dan sistem tubuh bayi mulai terbentuk dari lapisan-lapisan sel
tersebut.
c. Fase Fetus Atau Janin
Dimulai dari fase ini dan
seterusnya, bayi disebut sebagai fetus atau janin. Fase ini dimulai sejak
kehamilan minggu kedelapan hingga masa kelahiran. Ciri khusus fase ini adalah
bahwa fetus atau janin sudah menyerupai manusia, dengan wajah, kedua tangan dan
kakinya. Meskipun pada awalnya hanya memilik panjang 3 cm, kesemua organnya
sudah jelas. Fase ini berlangsung kurang lebih 30 minggu, dan perkembangan
berlanjut hingga minggu kelahiran.
Informasi mengenai perkembangan
bayi dalam rahim ibu, baru didapatkan setelah serangkaian pengamatan dengan
peralatan modern. Namun, sebagaimana fakta ilmiah lainnya, informasi ini
disampaaikan dalam ayat-ayat al-Qur’an dengan cara yang luar biasa. Fakta
bahwa, informasi yang begitu terperinci dan akurat diberikan dalam al-Qur’an
pada saat bidang kedokteran masih primitif. Hai ini merupakan bahwa, al-Qur’an
bukanlah ucapan manusia, melainkan firman Allah SWT.