-->
Info Biologiku

Kumpulan Materi, Soal Biologi dan Perkembangan Sains semoga bermanfaat bagi pembaca

Selasa, Januari 24, 2017

ORDO CHIROPTERA

Chiroptera atau lebih dikenal dengan kelelawar ini sudah dikenal oleh masyarakat luas, yaitu dengan adanya berbagai nama dari setiap daerah. Di Indonesia Timur kelelawar disebut paniki, niki atau lawa; orang sunda menyebutnya lalay, kalong, atau kampret; orang Jawa menyebutnya lowo, lawa, codot, kampret; suku Dayak di Kalimantan menyebutnya sebagai hawa, prok, cecadu, kusing dan tayo. Kelelawar merupakan salah satu anggota mamalia yang termasuk ke dalam ordo Chiroptera yang berarti mempunyai “sayap tangan”, karena kaki depannya bermodifikasi sebagai sayap yang berbeda dengan sayap burung
ORDO CHIROPTERA


A.    Karakteristik Pengenalan
Kelelawar berkembang biak sangat lambat, disamping masa bunting yang cukup lama 5-6 bulan juga jumlah anak per kelahiran sangat sedikit sehingga apabila jumlah kematian dan perburuan kelelawar lebih besar dari perkembangbiakan, maka populasi kelelawar akan menurun. Dengan demikian, jika nasib kelelawar ini tidak diperhatikan lambat laun populasi menurun dan pada akhirnya manfaat ekonomis serta biologis sebagai penghasil guano dan pengendali keseimbangan ekosistem menjadi hilang dan kita akan kehilangan kekayaan hayati yang sulit untuk dikembalikan.

Sayap kelelawar dibentuk oleh perpanjangan jari kedua sampai kelima yang ditutupi oleh selaput terbang atau patagium, sedangkan jari pertama bebas dan berukuran relatif normal. Antara kaki depan dan kaki belakang, patagium ini membentuk selaput lateral, sedangkan antara kaki belakang dan ekor membentuk interfemoral.

Ordo Chiroptera merupakan hewan yang unik dan menarik karena merupakan satu-satunya mamalia yang memiliki kemampuan terbang, memiliki jenis pakan yang sangat bervariasi dan beristirahat dengan cara bergantung terbalik.

Pada waktu terbang kelelawar membutuhkan oksigen jauh lebih banyak dibandingkan ketika tidak terbang, untuk mendukung kebutuhan tersebut, jantung kelelawar berukuran relatif lebih besar dibandingkan kelompok lain. Kebutuhan energi yang tinggi pada saat terbang mengharuskan kelelawar makan dalam jumlah banyak. Kelelawar juga dikenal sebagai pembawa beban yang sangat handal. Makanan utama spesies ini adalah serangga (insectivore) seperti belalang atau kupu –kupu. Disamping itu kelelawar ini juga memangsa sejenis kadal, reptil kecil, burung, ikan, dan rodensia kecil.

Kelelawar mempunyai perbedaan dalam masa estrus atau tingkah laku kawin. Pada famili Pteropodidae dikelompokan menjadi tiga golongan, yaitu:

1.   Aseasonally polyestrus, yakni seluruh populasi jantan tetap menunjukan spermatogenesis dan kelenjar kelengkapan menjadi mengembang atau membesar
  1. Bimmodally seasonally polyestrus, yaitu hewan jantan barangkali masih mempunyai spermatozoa dalam testes dan pada epididymis sepanjang tahun
  2. Aseasonally monoestrus, yakni hewan jantan mungkin hanya mempunyai spermatozoa dalam testes dan epididymis hanya untuk beberapa bulan saja
Cenderung hidup berkoloni besar dalam satu tempat. Dalam koloni tersebut jantan hidup bersama betina sepanjang tahun. Musim kawin terjadi antara bulan Nopember – Januari. Dewasa kelamin jantan 15 bulan, dan betina 19 bulan dan masa bunting 150-160 hari, serta kelahiran terjadi antara bulan April-Juni menghasilkan 1-2 ekor tetapi paling banyak satu ekor, Kelahiran kelelawar muda terjadi sebelum awal musim hujan. Kelelawar muda tumbuh sangat cepat dan diasuh oleh induknya selama 2-3 bulan dengan cara digendong.
Kebiasaan kelelawar yang hidup berkoloni pada tempatnya sepanjang hari memberikan manfaat positif, yaitu kotoran yang dihasilkannya akan mengumpul pada suatu tempat dimana kelelawar tersebut tinggal. Tumpukan kotoran kelelawar yang merupakan sumber fosfat dapat dieksploitasi untuk pemenuhan kebutuhan pupuk secara benar yang tidak mengganggu atau merusak ekosistem di dalammnya.
Kelelawar termasuk hewan nocturnal yaitu mencari makan pada malam hari. Kelelawar mempunyai kemampuan untuk menangkap pantulan getar atau gema dari suara yang diitimbulkannya atau dikenal dengan istilah ekholokasi. Ekholokasi adalah suatu fenomena malam hari, dimana kelelawar akan mengeluarkan suara dengan melalui mulut atau hidungnya ketika sedang terbang. Suara tersebut umumnya berada di atas ambang batas pendengaran manusia dan pantulkan kepada kelelawar tersebut dalam bentuk gema (echoes). Hal ini berguna bagi kelelawar yang sedang terbang dalam kegelapan untuk menentukan letak seragga mangsanya di atas daun atau sedang terbang. Mereka tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan pendengarannya ketika telinga mereka tersumbat. Kelelawar hanya mengeluarkan seperseribu energi suara untuk memangsa serangga dalam keadaan terbang.
B.  Klasifikasi
Tingkatan taksonomi dari Ordo Chiroptera :
Kingdom           : animalia
Phylum              : chordata
Subphylum        : vertebrata
Class                  : mammalia
Ordo                  : chiroptera
Subordo             : 1. Megachiroptera
                             2. Microchiroptera

Subordo Megachiroptera (Old World fruit bats) hanya memiliki satu famili yaitu Pteropodidae dengan 42 genera dan 175 spesies, sedangkan subordo Microchiroptera memiliki keragaman yang besar dengan 16 famili, 145 genera dan 788 spesies (Findley, 1993).
Ordo Chiroptera memiliki dua sub ordo yaitu Microchiroptera dan Megachiroptera. Kebanyakan Microchiroptera adalah insectivora dan hanya sebagian kecil yang omnivora dan karnivora Kelelawar pemakan serangga yang paling kecil mempunyai bobot 2 gram dan paling besar 196 gram dengan lengan bawah sayap 22-115 cm. Microchiroptera umumnya menggunakan ekolokasi sebagai alat pengendalian gerakannya di tempat yang gelap dan menentukan posisi serangga yang akan dimangsanya. Sedangkan Megachiroptera umumnya adalah herbivora (pemakan buah, daun, nektar dan serbuk sari), berukuran tubuh relatif besar dengan bobot badan 10 gram untuk ukuran kecil dan ukuran terbesar dapat mencapai 1500 gram, memiliki telinga luar yang sederhana tanpa tragus, jari kedua kaki depan bercakar dan mata berkembang relatif baik

C. Habitat dan Distribusi Persebaran
Daerah penyebaran bersifat kosmopolit, karena ditemukan hampir di semua wilayah di muka bumi kecuali di daerah kutub dan pulau-pulau terisolasi. Gua merupakan salah satu habitat tempat tinggal sebagian besar jenis kelelawar. Selain itu dapat juga ditemukan di sela-sela pepohonan. Indonesia sangat kaya akan gua, di Jawa dan Bali saja terdapat sekitar 1000 buah, dan 200 buah diantaranya telah dipetakan.
Wilayah geografis Indonesia mendukung kekayaan dan keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Diantara tumbuhan dan binatang yang sangat beraneka ragam ini, terdapat lebih dari 200 jenis kelelawar, atau sekitar 20% dari semua jenis kelelawar di dunia yang telah diketahui.

Share on Facebook
Share on Twitter
Share on Google+

Related : ORDO CHIROPTERA