Chiroptera atau lebih dikenal dengan kelelawar ini
sudah dikenal oleh masyarakat luas, yaitu dengan adanya berbagai nama dari
setiap daerah. Di Indonesia Timur kelelawar disebut paniki, niki atau lawa;
orang sunda menyebutnya lalay, kalong, atau kampret; orang Jawa
menyebutnya lowo, lawa, codot, kampret; suku Dayak di Kalimantan
menyebutnya sebagai hawa, prok, cecadu, kusing dan tayo. Kelelawar merupakan salah satu anggota mamalia yang
termasuk ke dalam ordo Chiroptera yang berarti mempunyai “sayap tangan”, karena
kaki depannya bermodifikasi sebagai sayap yang berbeda dengan sayap burung
A.
Karakteristik Pengenalan
Kelelawar berkembang biak sangat lambat, disamping
masa bunting yang cukup lama 5-6 bulan juga jumlah anak per kelahiran sangat sedikit
sehingga apabila jumlah kematian dan perburuan kelelawar lebih besar dari
perkembangbiakan, maka populasi kelelawar akan menurun. Dengan demikian, jika
nasib kelelawar ini tidak diperhatikan lambat laun populasi menurun dan pada
akhirnya manfaat ekonomis serta biologis sebagai penghasil guano dan pengendali
keseimbangan ekosistem menjadi hilang dan kita akan kehilangan kekayaan hayati
yang sulit untuk dikembalikan.
Sayap kelelawar dibentuk oleh perpanjangan jari kedua
sampai kelima yang ditutupi oleh selaput terbang atau patagium,
sedangkan jari pertama bebas dan berukuran relatif normal. Antara
kaki depan dan kaki belakang, patagium ini membentuk selaput lateral, sedangkan
antara kaki belakang dan ekor membentuk interfemoral.
Ordo
Chiroptera merupakan hewan yang unik dan menarik karena merupakan satu-satunya
mamalia yang memiliki kemampuan terbang, memiliki jenis pakan yang sangat
bervariasi dan beristirahat dengan cara bergantung terbalik.
Pada waktu terbang kelelawar
membutuhkan oksigen jauh lebih banyak dibandingkan ketika tidak terbang, untuk
mendukung kebutuhan tersebut, jantung kelelawar berukuran relatif lebih besar
dibandingkan kelompok lain.
Kebutuhan
energi yang tinggi pada saat terbang mengharuskan kelelawar makan dalam jumlah
banyak. Kelelawar
juga dikenal sebagai pembawa beban yang sangat handal. Makanan utama spesies ini adalah serangga (insectivore)
seperti belalang atau kupu –kupu. Disamping itu kelelawar ini juga memangsa
sejenis kadal, reptil kecil, burung, ikan, dan rodensia kecil.
Kelelawar mempunyai perbedaan dalam masa estrus atau
tingkah laku kawin. Pada famili Pteropodidae dikelompokan menjadi tiga
golongan, yaitu:
1. Aseasonally polyestrus, yakni
seluruh populasi jantan tetap menunjukan spermatogenesis dan kelenjar
kelengkapan menjadi mengembang atau membesar
- Bimmodally seasonally polyestrus, yaitu hewan
jantan barangkali masih mempunyai spermatozoa dalam testes dan pada
epididymis sepanjang tahun
- Aseasonally monoestrus, yakni hewan jantan
mungkin hanya mempunyai spermatozoa dalam testes dan epididymis hanya
untuk beberapa bulan saja
Cenderung
hidup berkoloni besar dalam satu tempat. Dalam koloni tersebut jantan hidup
bersama betina sepanjang tahun. Musim
kawin terjadi antara bulan Nopember – Januari. Dewasa kelamin jantan 15 bulan, dan
betina 19 bulan dan masa
bunting 150-160 hari, serta
kelahiran terjadi antara bulan April-Juni menghasilkan 1-2 ekor tetapi paling
banyak satu ekor, Kelahiran
kelelawar muda terjadi sebelum awal musim hujan. Kelelawar muda tumbuh sangat
cepat dan diasuh oleh induknya selama 2-3 bulan dengan cara digendong.
Kebiasaan
kelelawar yang hidup berkoloni pada tempatnya sepanjang hari memberikan manfaat
positif, yaitu kotoran yang dihasilkannya akan mengumpul pada suatu tempat
dimana kelelawar tersebut tinggal. Tumpukan kotoran kelelawar yang merupakan
sumber fosfat dapat dieksploitasi untuk pemenuhan kebutuhan pupuk secara benar
yang tidak mengganggu atau merusak ekosistem di dalammnya.
Kelelawar
termasuk hewan nocturnal yaitu mencari makan pada malam hari. Kelelawar
mempunyai kemampuan untuk menangkap pantulan getar atau gema dari suara yang
diitimbulkannya atau dikenal dengan istilah ekholokasi. Ekholokasi adalah suatu
fenomena malam hari, dimana kelelawar akan mengeluarkan suara dengan melalui
mulut atau hidungnya ketika sedang terbang. Suara tersebut umumnya berada di atas ambang batas
pendengaran manusia dan pantulkan kepada kelelawar tersebut dalam bentuk gema (echoes).
Hal ini berguna bagi kelelawar yang sedang terbang dalam kegelapan untuk
menentukan letak seragga mangsanya di atas daun atau sedang terbang. Mereka
tidak dapat mengendalikan dirinya sendiri dengan pendengarannya ketika telinga
mereka tersumbat. Kelelawar hanya mengeluarkan seperseribu energi suara untuk
memangsa serangga dalam keadaan terbang.
B. Klasifikasi
Tingkatan taksonomi dari Ordo Chiroptera :
Kingdom :
animalia
Phylum : chordata
Subphylum :
vertebrata
Class :
mammalia
Ordo :
chiroptera
Subordo : 1. Megachiroptera
2. Microchiroptera
Subordo Megachiroptera (Old World fruit bats) hanya
memiliki satu famili yaitu Pteropodidae dengan 42 genera dan 175 spesies,
sedangkan subordo Microchiroptera memiliki keragaman yang besar dengan 16
famili, 145 genera dan 788 spesies (Findley, 1993).
Ordo Chiroptera
memiliki dua sub ordo yaitu Microchiroptera dan Megachiroptera. Kebanyakan
Microchiroptera adalah insectivora dan hanya sebagian kecil yang omnivora dan
karnivora Kelelawar pemakan serangga yang paling kecil
mempunyai bobot 2 gram dan paling besar 196 gram dengan lengan bawah sayap
22-115 cm. Microchiroptera umumnya menggunakan ekolokasi sebagai alat
pengendalian gerakannya di tempat yang gelap dan menentukan posisi serangga
yang akan dimangsanya. Sedangkan Megachiroptera umumnya adalah herbivora
(pemakan buah, daun, nektar dan serbuk sari), berukuran tubuh relatif besar
dengan bobot badan 10 gram untuk ukuran kecil dan ukuran terbesar dapat
mencapai 1500 gram, memiliki telinga luar yang sederhana tanpa tragus, jari
kedua kaki depan bercakar dan mata berkembang relatif baik
C. Habitat
dan Distribusi Persebaran
Daerah
penyebaran bersifat kosmopolit, karena ditemukan hampir di semua wilayah di
muka bumi kecuali di daerah kutub dan pulau-pulau terisolasi. Gua merupakan salah satu habitat
tempat tinggal sebagian besar jenis kelelawar. Selain itu dapat juga ditemukan
di sela-sela pepohonan. Indonesia sangat kaya akan gua, di Jawa dan Bali saja
terdapat sekitar 1000 buah, dan 200 buah diantaranya telah dipetakan.
Wilayah geografis Indonesia mendukung kekayaan dan
keanekaragaman hayati di seluruh dunia. Diantara tumbuhan dan binatang yang
sangat beraneka ragam ini, terdapat lebih dari 200 jenis kelelawar, atau
sekitar 20% dari semua jenis kelelawar di dunia yang telah diketahui.